Rabu, 26 Februari 2014

Proses Berfikir





Proses Berpikir tentang permasalahan Gizi

1.    Timbul rasa sulit
       Mengapa stunting masih terjadi pada anak di Indonesia, bahkan di beberapa provinsi di Indonesia jumlahnya meningkat hingga 50% pada tahun 2008.  Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010 kejadian stunting pada balita di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 36.8% (18.8% sangat pendek dan 18.0% pendek) pada tahun 2007 dan 35.6% (18.5% sangat pendek dan 17.1% pendek) pada tahun 2010 atau lebih dari sepertiga balita di Indonesia.

2.    Definisikan rasa sulit dalam bentuk permasalahan
       Sulitnya  mengatasi permasalahan stunting di Indonesia karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Berbagai program telah dijalankan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini tapi sampai sekarang kejadian stunting masih dialami oleh anak di Indonesia.
-          Apa pengertian Stunting?
-          Apakah faktor penyebab utama dalam permasalahan stunting di Indonesia?

3.    Kemungkinan pemecahan berupa reka-reka, hipotesis, dan teori
Teori :
            Pendek (stunting) adalah suatu keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan ukuran tinggi tubuh yang sebenarnya dengan standar pada umur tersebut. WHO menginterpretasikan, tingginya prevalensi pendek (stunting) menunjukkan kekurangan asupan makanan bergizi, tingginya angka kesakitan akibat penyakit infeksi atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut (feri, 2005:2).
Pendek (stunting) adalah suatu keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan ukuran tinggi yang sebenarnya sesuai dengan standar pada umur tertentu dan berdampak negatif terhadap anak yang menderita stunting tersebut, seperti kerewelan, frekuensi menangis yang meningkat, tingkat aktivitas yang rendah, jumlah dan entusiasme untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungan yang lebih kecil, komunikasi yang lebih jarang, efek yang tidak begitu gembira, serta cenderung untuk berada dekat ibu serta menjadi lebih apatis (Gibney, 2009:305).
            Stunting disebabkan oleh beberapa faktor penyebab seperti kurangnya asupan ibu pada saat hamil, pola asuh yang tidak tepat. Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan.
            Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
            Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Pola asuh adalah berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Semua hal tersebut berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan mental (Soekirman 2000:19).
Pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh merupakan cara pengasuhan anak yang merupakan kegiatan dalam usaha memelihara, membimbing, membina dan melindungi anak dalam memberikan makanan anaknya untuk kelangsungan hidup, berkembang dan mencapai pertumbuhan yang serasi, selaras dan seimbang baik fisik maupun mental. dengan pola asuh yang baik maka pemberian makanan kepada anak dapat dilakukan dengan baik, asupan yang baik dari sejak bayi dapat mencegah terjadinya stunting pada anak.
Pola asuh terhadap anak merupakan salah satu yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita, adapun pola suh yang dimaksud adalah tentang pola asuh makan anak. Dengan pola asuh yang baik konsumsi makanan anak akan ikut berpengaruh baik dibandingkan dengan anak yang pola asuhnya tidak baik.

Hipotesa :
Terdapat pengaruh kurangnya asupan ibu pada saat hamil dan pola asuh ibu terhadap kejadian stunting pada anak.




4.    Ide pemecahan secara rasional dengan mengumpulkan bukti-bukti
a.       Penyuluhan kepada ibu hamil tentang pencegahan stunting pada anak.
b.      Menerapkan dengan baik program gerakan 1000 hari pertama kehidupan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak di indonesia.
c.       Pemantauan status gizi ibu pada saat hamil secara berkala.

Bukti-bukti yang diperoleh: Masyarakat khususnya ibu hamil akan lebih  mudah  memahami  bila informasi tersebut disampaikan secara langsung melalui media penyuluhan. Program 1000 Hari Pertama Kehidupan yang telah dicanangkan pemerintah jika dapat berjalan dengan baik dapat memberikan perbaikan status gizi masyarakat Indonesia yang dimulai dari kehamilan sampai anak berusia 2 tahun. Diharapkan dengan berjalannya program ini dapat meningkatkan keadaan gizi anak sehingga kejadian stunting dapat dihindari. Dalam 1000 pertama kehidupan asupan gizi bayi harus diperhatikan karena periode ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Pemantauan status gizi ibu saat hamil secara berkala dapat menjadi salah satu langkah dalam pemecahan permasalahan stunting. Pemantauan dilakukan meliputi asupan yang dikonsumsi ibu dan hal-hal lain yang diperlukan dalam perkembangan janin sehingga bayi yang dilahirkan tidak BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). BBLR dapat menjadi faktor penyebab kejadian stunting pada anak. Dampak dari BBLR tidak hanya pada pertumbuhan fisik, atetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya.

Penelitian
Bukti yang diperoleh :
Dilihat dari penelitian yang sudah dilakukan oleh salah seorang mahasiswa poltekkes kemenkes RI Padang dalam karya tulis ilmiah yang berjudul “Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita di Kenagarian Banai Kecamatan IX Koto Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011”. Dalam KTI tersebut dijelaskan terdapat hubungan kejadian stunting dengan asupan ibu pada saat hamil dan pola asuh ibu.  
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data angka kejadian stunting di Kanagarian Banai Kec.IX Koto Kab. Dharmasraya tahun 2011.


Kejadian stunting
n
%
Stunting
75
42.1
Tidak stunting
103
57.9
Total
178
100

Distribusi frekuensi konsumsi energi ibu pada saat hamil di Kanagarian Banai Kec.IX Koto Kab. Dharmasraya tahun 2011.
Konsumsi
Energi
Kejadian stunting
Total
Stunting
Tidak stunting
N
%
N
%
N
%
Kurang
23
76.7
14
46.7
37
61.7
Baik
7
23.3
16
53.3
23
38.3
Total
30
100
30
100
60
100

Dari tabel menunjukkan bahwa 60 orang balita, lebih dari separuh anak balita mengalami stunting karena kurangnya konsumsi ibu pada saat hamil.
Distribusi frekuensi pola asuh anak balita di Kanagarian Banai Kec.IX Koto Kab. Dharmasraya tahun 2011.
Kategori pola asuh
Kejadian stunting
Total
Stunting
Tidak stunting
N
%
N
%
n
%
Kurang
23
76.7
10
33.3
33
55.0
Baik
7
23.3
20
66.7
27
45.0
Total
30
100
30
100
60
100
            Dari tabel menunjukkan bahwa dari 60 orang anak balita, lebih dari separuh anak balita mempunyai pola suh kurang. Anak balita yang mengalami stunting sebagian besar mempunyai pola asuh kurang.
            Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat simpulkan bahwa kejadian stunting terjadi karena faktor konsumsi ibu yang kurang baik pada saat hamil dan pola suh yang kurang baik.


5.    Pembuktian ide-ide dan menyimpulkan
Dari pembuktian ide-ide yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kurangnya asupan ibu pada saat hamil dan pola asuh ibu terhadap kejadian stunting pada anak. Dari teori yang telah dijelaskan dan dari bukti penelitian yang telah didapatkan maka dapat dibuktikan bahwa kurangnya asupan ibu pada saat hamil dapat mengakibatkan stunting pada anak. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan atau disebut juga stunting. Pola asuh ibu yang tidak tepat dapat berakibat pada terganggunya pemberian makanan atau asupan kepada bayi yang mengakibatkan bayi mengalami permasalahan gizi yang membuat tumbuh kembang bayi menjadi terhambat dan kekurangan gizi jangka panjang akan mengakibatkan stunting pada bayi.
Setelah ide-ide pemecahan masalah dapat dijalankan dengan baik yaitu Penyuluhan kepada ibu hamil tentang pencegahan stunting pada anak, menerapkan dengan baik program gerakan 1000 hari pertama kehidupan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak di indonesia dan pemantauan status gizi ibu pada saat hamil secara berkala maka kejadian stunting pada anak dapat ditanggulangi dan dicegah.


Daftar Pustaka
Nurma, susri yeni.2011. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita di Kenagarian Banai Kecamatan IX Koto Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011.Jurusan gizi poltekkes kemenkes padang.

Kamis, 19 September 2013

Mikrobiologi pangan


Mikrobiologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari, dan mengamati organisme yang berukuran sangat kecil / mikroskopis. Oleh karena itu laboratorium mikrobiologi pastinya dilengkapi dengan alat yang dapat mengidentifikasi mikroorganisme tersebut.
Selain itu juga, laboratorium ini juga dilengkapi dengan peralatan lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengamatan yang jenisnya tak jauh beda dengan peralatan laboratorium pada umumnya.
Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut.
Pengidentifikasian dan pengetahuan akan mikroorganisme khususnya bahan pangan membantu kita untuk mengklasifikasikan bakteri baik / menguntungkan ataupun bakteri perusak yang dapat berbaya jika mengontaminasi bahan makanan sehingga menyebabkan keracunan pada manusia ataupun kerugian yang ditimbulkan karena rusaknya poduk. Adapun alat-alatnya adalah sebagai berikut:

1. Mikroskop
a. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)



Keterangan gambar :
1. Eyepiece / oculars (lensa okuler)
2. Revolving nosepiece
3. Observation tube
4. Stage (meja benda)
5. Condenser (condenser)
6. Objective lense (lensa objektif)
7. Brightness adjustment knob
8. Main switch
9. Diopter adjustmet ring
10. Interpupillar distance adjustment knob
11. Specimen holder
12. Illuminator (sumber cahaya)
13. Vertical feed knob
14. Horizontal feed knob
15. Coarse focus knob (sekrup fokus kasar)
16. Fine focus knob (sekrup fokus halus)
17. Observation tube securing knob
18. Condenser adjustment knob


Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop ini, kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm. berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian-bagiandan spesifikasi mikroskop cahaya merk Olympus CH20 yang dimiliki Laboratorium Mikrobiologi.

Prosedur Operasi
1. Menyalakan lampu
a. tekan tombol on.
b. atur kekuatan lampu dengan memutar bagian.

2. Menempatkan spesimen pada meja benda
a. Letakan objek glas diatas meja benda, kemudian jepit dengan Specimen holder. Jika meja benda belum turun, diturunkan dengan sekrup kasar.
b.Cari bagian dari objek glas yang terdapat preparat ulas (dicari dan diperkirakan memiliki gambar yang jelas) dengan memutar sekrup vertikal dan horizontal.

3. Memfokuskan
a. Putar Revolving nosepiece pada perbesaran objektif 4 kali lalu putar sekrup kasar sehingga meja benda bergerak ke atas untuk mencari fokus.
b.Setelah fokus perbesaran 4 x 10 didapatkan, maka putar Revolving nosepiece pada perbesaran selanjutnya yaitu perbesaran objektif 10 kali. Kemudian putar sekrup halus  untuk mendapatkan fokusnya.
c. Lakukan hal yang sama jika menggunakan perbesaran yang lebih tinggi

4. Tambahan
a. Jika perlu interpupillar distance adjustment knob dapat digeser, hal ini akan mengubah dua bayangan yang akan diterima oleh 2 mata menjadi gambar yang tunggal sehingga sangat membantu dalam mengatasi kelelahan mata.
b. Jika perlu diopter adjustment knob dapat diatur untuk memperoleh bayangan focus yang seimbang antara mata kanan dan kiri.
c. Pengaturan condenser akan memperjelas bayangan yang tampak dengan mensetting pada posisi tertinggi (cahaya penuh).
Perbesaran total
Ukuran specimen yang diamati dapat diperoleh dengan mengalikan perbesaran lensa okuler dengan lensa objektif. Misal = Okuler (10x) x Objektif (40x) = 400x.

Penggunaan minyak imersi
Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan dua titikyang berdekatan pada preparat sehingga struktur benda terlihat lebih jelas. Daya pisah dapat diperkuat dengan memperbesarkan indeks bias atau menggunakan cahaya yang memiliki panjang gelombang (λ) pendek. Biasanya dapat digunakan minyak imersi untuk meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 x 100.
a. Jika fokus pada perbesaran 10 x 40 telah didapatkan maka putar ke perbesaran objektif 100x.
b. Tetesi minyak imersi 1 – 2 tetes dari sisi lensa.
c. Jika telah selesai menggunakan mikroskop, bersihkan lensa objektif 100 kali dengan kertas lensa yang dibasahi xylol.

b. Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope)
Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak terlalu besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur. Berikut merupakan uraian tentang mikroskop stereo yang dimiliki Laboratorium Mikrobiologi yaitu Zoom Stereo Microscope, Olimpus SZ3060.

Keterangan gambar :
1. Oculars eyepiece (lensa okuler)
2.  Diopter adjustment ring
3. Zoom control knob (sekrup pengatur pembesaran)
4.  Focusing knob (sekrup pengatur fokus)
5. Stage plate (pelat tempat specimen diletakkan)
6. Stage clip (penjepit spesimen / preparat)


Prosedur operasi
1. Letakkan spesimen / preparat di stage plate, jepit jika perlu.
2. Atur perbesaran pada perbesaran terkecil dengan memutar Zoom Control Knob, kemudian dicari fokusnya dengan memutar Focusing Knob.
3. Jika ingin mendapatkan bayangan yang lebih besar, putar Zoom Control Knob ke perbesaran yang lebih tinggi kemudian dicari fokusnya.

2. Cover Glass (Kaca Penututp)
            Cover glass berfungsi untuk menutup preparat yang akan diamati dengan mikroskop agar keadaannya tidak berubah. Kaca penututp ini sangat tipis, jadi bila akan mengambilnya gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mengangkatnya dengan hati-hati.

3. Kaca Preparat (Kaca Objek/object glass)
            Kaca objek digunakan sebagai tempat objek atau sediaan yang akan diamati di bawah mikroskop. Kaca objek terbuat dari kaca yang berbentuk persegi panjang. Sediaan yang akan diamati diletakkan ditengah kaca objek dan ditutup menggunakan kaca penututp.

4. Cawan Petri
Cawan Petri atau Telepa Petri adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan Petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Cawan Petri dinamai menurut nama penemunya pada tahun 1877, yaitu Julius Richard Petri (1852–1921), ahli bakteri berkebangsaan Jerman.
Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri, khamir, spora, atau biji-bijian. Cawan Petri plastik dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri.
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.

5. Tabung Pengencer
Tabung pengencer berfungsi untuk mengencerkan sampel sediaan kering dengan aquades terlebih dahulu, sebelum dimasukkan ke jarum ose.

6. Tabung Durham
Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).

7. Jarum Ose
Alat yang berbentuk seperti kait pada mata pancing yang digunakan untuk mengambil mikroorganisme / isolasi mikroorganisme yang akan dibuat ke atas ataupun kedalaman media pembiakan (agar).







8. Autoclave

Diagram autoklaf vertical:

1. Tombol pengatur waktu
mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. pengukur tekanan
4. kelep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (dH2O)
9. Sekrup pengaman
10. batas penambahan air

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121°C (250°F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121°C.

Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121°C.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

9. Oven
            Oven (Hot air sterilizer) digunakan untuk mensterilisasikan alat-alat laboratorium yang tahan panas tinggi, khususnya alat-alat antara lain : gelas, kain, dan lain sebagainya. 
Cara kerja dari oven yaitu mula-mula dihidupkan terlebih dahulu dan temperatur diatur sesuai dengan yang diinginkan 160°C-180°C. Alat-alat yang akan di sterilisasikan harus dibungkus dengan kertas alumunium atau dimasukan kedalam tempat khusus. Kemudian dimasukan kedalam oven yang telah diatur dan diletakan diatas rak-rak yang telah tersedia. Setelah selesai sterilisasi, pemanasan dihentikan dan alat dibiarkan mendingin, kemudian alat atau bahan yang sudah steril dikeluarkan dari alat tersebut. Sterilisasi dilakukan dengan memakai udara kering panas. Lama sterilisasi tergantung pada bahan yang disterilisasikan. Temperatur untuk sterilisasi pada umumnya sekitar pada 100°C selama 30 menit.